MELACAK AKAR IDEOLOGI DAN TUNTUTAN AKSI KOMUNISME
Debri Koeswoyo
E-mail:debrikoeswoyo46@gmail.com
Jurusan
Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin
Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Judul Buku : Manifesto of
the Communist Party
Pengarang : Karl Marx
and Frederick Engels
Tahun Terbit : Febuari 1884
Penerbit : Progress
Publishers, Moskow
Manifesto
komunis menjadi sebuah catatan dari akar ideologi semangat komunisme yang
ditulis oleh Karl Marx dan Frederick Engels pada pertengahan abad ke 19. Dimasa
ini Benua Eropa sedang mengalami kebangkitan dan perubahan dari segala struktur
sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan budaya. Ketika rasionalisme Rene
Descartes diadopsi ke dalam sains, menjadi suatu proses yang mendasar bagi
perkembangan sains modern. Francis Bacon menjadi filosof Eropa yang menggagas
bahwasannya pengetahuan sains dan matematika harus digunakan oleh manusia untuk
menguasai, mengubah, merekonstruksi dan mengeksploitasi alam.[1] Revolusi
industri sebagai hasil dari sains, merubah negara negara di dari masyarakat
agraria ke masyarakat industry. Perubahan ini membawa implikasi sosial yang
serius bagi masyarakat eropa, digusurnya kelas feodal oleh borjuis, mesinisasi,
hingga meluasnya akumulasi modal menandai kemunculan peradaban baru produk
pencerahan (renaissance) bernama ‘kapitalisme’. Dalam konteks sosial
politik inilah risalah politik Karl Marx bersama Frederich Engels berjudul “Manifesto
Komunis” hadir untuk menjawab dan menjadi solusi problem peradaban pada saat
itu.[2]
Manifesto
Komunis diawali dengan meromantisir tentang betapa hebatnya kekuatan
‘komunisme’ di eropa, bahkan telah menjadi ‘hantu’ yang bergentanyangan. Dan
menjadikan para pemimpin Eropa pada masa itu bersatu untuk melawan komunisme
seperti Paus dan Tsar, Merrernich dan Guizot, kaum radikal Prancis dan mata-mata
polisi Jerman.[3]
Komunisme adalah sebuah kekuatan, dan tiba saatnya kekuatan itu
bersuara logis, hal ini jugalah yang menjadi bagian dari cita-cita Mark ketika
menulis Manifesto. Cita-citanya yang lain adalah mengubah dunia dengan membawa
dunia pada fase historis yang terakhir, yaitu komunisme.
Namun,
semua oposisi yang dilakukan oleh para pemimpin Eropa kepada ideologi komunis pada
masa itu mengalami kegagalan. Ketidakberhasilan tersebut dapat dilihat
bagaimana Marx dan Frederick menarasikan keberhasilan pendirian komune Paris
dan kaum proleter dapat duduk di kursi politik di negara tersebut serta
menguasai alat-alat produksi.[4] Kalimat
pengantar yang disuarakan Marx dalam “Manifesto Komunis” ini, memberikan
gambaran bagaimana dasar dari semangat ideologi komunisme terus diterjemahkan
di berbagai negara Eropa dan belahan bumi Amerika.
Secara
keseluruhan, Manifesto Komunis merefleksikan tujuan yang hendak dicapai oleh
paham komunis, serta teori-teori yang melandasi upaya pencapaian komunis.
Dijelaskan bahwa persaingan kelas, ekspolitasi antar-kelas lah yang menciptakan
segala bentuk perkembangan sejarah. Bahwa hubungan antar-kelas selalu terlihat,
namun sifatnya tergantung dari apa yang diproduksi pada era tersebut. Hal ini
menjelaskan argumen bahwa pada perkembangannya, eksploitasi kelas (yang
kemudian disebut proletar) oleh kelompok kapitalis dan penguasa selalu ada
dalam pergerakan masa, perubahan hanya berganti dari sebutan atas penguasa dan
pekerjanya.
Terdapat empat
bagian dalam buku tersebut: Bourgeois and Proletarians; Proletarians and
Communists; Socialist and Communist Literature; dan Position of the Communists
in Relation to the Various Existing Opposition Parties.
Dalam bagian
pertama, dijelaskan mengenai hubungan antara kelompok borjuis dan proletar,
hubungannya yang eksploitatif dan sifatnya yang sama dalam setiap
perkembangannya, hanya bentuknya saja yang berbeda mengikuti perkembangan
zaman. Bagian ini diawali dengan remark terkenal dari Marx, “The history of
all hitherto existing societies is the history of class struggles”,[5]
bab ini kemudian menjelaskan tentang transformasi masyarakat tradisional
menjadi masyarakat moderen. Dalam sistem kapitalisme, kaum feodal digantikan
oleh kaum borjuis sebagai pemilik modal. Hal ini disebabkan karena inkompetensi
sistem feodal dalam memenuhi permintaan pasar yang semakin berkembang sehingga
terciptalah sejarah modern yang menceritakan pertentangan kelas antara kaum
borjuis dan kaum proletar (kaum pekerja).
Lebih jauh
lagi, Marx berargumen bahwa setiap tahap pertumbuhan kaum borjuasi akan
berjalan secara simultan dengan kemajuan politis kaum tersebut. Lembaga
eksekutif negara modern merupakan sebuah komite yang hanya mengurusi
kepentingan para bursuasi. Analisa negara menurut Marx pada kesempatan kali ini
terlihat sangat instrumentalis dengan berargumen bahwa sesungguhnya negara
hanyalah instrumen bagi kaum dominan untuk mengeksploitasi kelas sub-ordinan
dan mencapai kepentingan materialnya semata.
Kemudian
menurut Marx, kaum borjuasi telah membuat segalanya diberi harga dalam konteks
jual beli, termasuk harga diri. Dengan selubung agama dan politik, mereka telah
melakukan eksploitasi brutal.
Dalam bagian
kedua Marx mencoba mengelaborasi hubungan antara kelompok proletar dengan
komunis. Menurut Marx, penganut tradisi komunisme memiliki tujuan yang sama,
yakni menjatuhkan supremasi kelompok borjuis dan mengumpulkan kekuatan politik
dibawah kelompok proletar. Kaum Komunis, menurut Marx, tidak membentuk kelompok
yang bertentangan dengan kelompok pekerja dan tidak memiliki kepentingan
terpisah dari kepentingan kaum proletar secara keseluruhan. Namun, spesialisasi
Komunisme dalam pergerakan proletar secara keseluruhan sebenarnya juga
membedakan mereka dengan kelompok/partai berbasis pekerja lainnya (walaupun
tidak bertentangan). Karena dalam memperjuangkan kaum proletar, Komunis
mengedepankan kepentingan proletar tanpa memandang status kenegaraan.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa golongan Komunis merupakan golongan yang akan mendorong
pergerakan kaum proletar di setiap negara karena kemampuan mereka dalam
memahami makna dan tujuan akhir pergerakan secara keseluruhan. Salah satu
tujuan utama penganut Komunisme adalah penghapusan properti pribadi. Properti merupakan
antagonisme antara modal dan upah buruh. Marx beragumen bahwa produk yang
dihasilkan oleh pekerja tidak akan pernah bisa dinikmati oleh pekerja itu
sendiri. Properti pada masa kini didasarkan pada kepemilikan kapital dan tenaga
kerja, dimana tenaga kerja dieksploitasi sedemikian rupa dan diberi gaji
sebagai pengganti labour mereka. Kapital disini merupakan kekuatan sosial yang
dimiliki oleh pemilik modal untuk menggerakkan para pekerja dan memperoleh
lebih banyak lagi keuntungan.
Dalam
masyarakat borjuis, modal itu independen dan bersifat individual, sedangkan
menurut kaum Komunis, manusia idealnya bersifat dependen dan tidak memiliki
individualitas. Bagian ketiga dari buku ini menjelaskan perihal
literatur-literatur sosialis dan komunis yang mendorong pemikiran dan
argumentasi Marx dan Engels yang kemudian diklasifikasi menjadi tiga bentuk
pemikiran sosialisme yang ada, yaitu Reactionary Socialism, Conservative/
Bourgeois Socialism dan Critical-Utopian Socialism and Communism.
Bagian keempat
menjelaskan hubungan komunis dengan berbagai partai (oposisi) dimana komunis
memiliki kesamaan ide dengan partai lainnya dalam menyejahterakan kelompok
proletar dan menghapuskan sistem kelas yang eksploitatif, hal ini juga
dikarenakan partai komunis memiliki harapan yang besar dan juga melihat rencana
jangka panjang untuk kelangsungan pergerakan ini kedepannya. Untuk itu Komunis
melebur kedalam sistem politik untuk melawan segala bentuk penindasan oleh kaum
burjois. Hal ini dapat dilihat di Perancis, Swiss, Poland, dan Jerman pada masa
itu. Di akhir tulisan ini, penulis sekali lagi menekankan bahwa Komunis akan
ada disetiap area untuk membantu proses revolusi melawan tatanan sosial dan
politik yang ada. Karena Komunis secara terbuka meyakini bahwa tujuan akhir mereka
hanya dapat dicapai dengan meruntuhkan secara paksa tatanan sosial di
masyarakat.
Communist
Manifesto kemudian ditutup dengan kalimat yang dimaksudkan untuk mengobarkan
semangat kaum proletar; “Working Men of All Countries, Unite!”[6]
Kaum Buruh Seluruh Dunia, Bersatulah!!!
[1] Emmanuel Wora,
Perenialisme Kritik Atas Modernisme dan Postmodernisme, (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), hlm. 41
[2] Disampaikan
dalam pembelajaran mata kuliah Filsafat Aliran oleh Drs. Syaifullah, M.Us dalam
kelas Aqidah dan Filsafat Islam Sem. IV, pada tanggal 04 April 2017
[3] Karl Marx dan
Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party, (Moskow: Progress Publishers,
1884), hlm. 14
[4] Ibid.,
hlm. 4
[5] Ibid
[6] Ibid,
hlm. 56. Penjelasan mengenai bagian dari statement ini tidak dijelaskan di
dalam manifesto komunis yang telah di terjemahkan oleh Partai Komunis Indonesia
pada 1 Mei 1948 di Yogyakarta yang dipelopori oleh D.N.Aidit, Nyoto dan M.H.
Lukman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar